Inspiration Revolution

Ketika kekuatan fikiran terkumpul dalam satu ide, satu tujuan, dan satu ideologi. Maka revolusi keadilan akan segera terwujud.

Matur Nuwun

Sebuah ungkapan rasa terimakasih yang tulus dari dasar hati. Penuh dengan rasa syukur kepada-Nya.

Sebatas inspirasi Seluas angkasa

Jika manusia mau sedikit saja mendalami imajinasinya, niscaya langit tak akan mampu membatasi ruang tersebut.

Dengan apa kamu mau mencetak sejarah

Sejarah yang abadi adalah kebaikan. Maka ukirlah kebaikan yang bermanfaat dengan berbagi ilmu. Menulis.

Karya Abadi kami

Sebuah karya kreatif dari komunitas Sky Writer di STAI _ PTDI II Lubang Buaya.

Minggu, 30 September 2012

AUDISI BUKU: KISAH INSPIRATIF DAKWAH KHILAFAH

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

ASSALAMU'ALAYKUM WR WB

Bermula dari beberapa catatan notes facebook pengemban dakwah tentang liku-liku mendakwahkan khilafah, akhirnya terpikir untuk membukukannya. Mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

PERSYARATAN UMUM:
  1. Naskah adalah kisah nyata. Boleh kisah penulis atau orang lain.
  2. Karya belum pernah dipublikasikan di media apapun, termasuk di media online, Facebook dan Blog pribadi.

PERSYARATAN KHUSUS
  1. Naskah berupa nonfiksi popular dengan gaya penulisan chicken soup dan harus mengandung nilai-nilai motivasi dan inspirasi.
  2. Menggunakan bahasa Indonesia sesuai EYD.  Sesekali boleh menyelipkan bahasa asing dan daerah seperlunya. Tidak mencela/merendahkan suku, agama, ras, dan golongan manapun. Tidak memuat kekerasan dan pornografi.
  3. Mencantumkan kata KHILAFAH di dalam cerita 
  4. Naskah ditulis 1-5 halaman di kertas A4, diketik menggunakan Times New Roman 12, spasi 1,5, disimpan dalam Microsoft Word .doc.  Cantumkan Judul serta nama penulisnya di bagian atas naskah.
  5. Sertakan biodata penulis (Nama, Nama FB, nomor tlp yang bs dihubungi, alamat lengkap dan  Biodata naratif sepanjang satu paragraf).
  6. Meng-add akun Facebook Nurisma Fira.
  7. Sebarkan informasi ini di akun FB masing-masing dan Tag 25 orang teman.
  8. Kirimkan ke alamat e-mail : dakwahkhilafah2012@gmail.com, Subjek: DAKWAH KHILAFAH-Judul Naskah, paling lambat diterima tanggal 1 Oktober 2012 pukul 00.00 WIB
  9. Naskah yang lolos seleksi akan diumumkan tanggal 1 November 2012.
  10. Penyelenggara memberikan informasi update tentang peserta seminggu sekali
  11. Akan dipilih 30 naskah terbaik dan diberikan reward sebesar Rp. 100.000,- beserta 1 buah buku sebagai bukti terbit. Selain itu juga akan dipilih naskah lainnya yang dirasa cukup layak untuk dibukukan dan akan diberikan 1 buah buku sebagai bukti terbit.
  12. Boleh mengirimkan lebih dari 1 naskah.
  13. Penyelenggara berhak mengedit tanpa mengubah arti.
  14. Keputusan penyelenggara tidak dapat diganggu gugat.

*Note ini bebas untuk disebarluaskan          

Salam belajar nulis ideologis,
Nurisma Fira

CONTOH NASKAH:

Dakwah itu mudah...
Oleh : Ibu Arum Ihsan

 Hari ini ada sharing sesama aktivis dakwah yang sangat menginspirasi. Beliau bercerita tentang murid ngajinya, seorang ibu yang sehari-hari membuka warung nasi di pinggir jalan.Ibu penjual nasi ini relatif masih baru mengenal dakwah ini. Beliau merasa baru mengenal Islam saat dakwah ini menyapanya. Ketekunan dan perhatian guru ngajinya untuk membimbing memahami Islam sebagai mabda’, menyulut semangatnya untuk melakukan hal yang sama, sebagaimana yang dilakukan sang guru.

Dia menyadari kemampuannya untuk menyampaikan kepada orang lain, belumlah sepiawai kemampuan sang guru. Namun itu tak menyurutkan langkahnya untuk berdakwah.Dia tetap tekun datang mengaji sembari dia terus menyebarkan ide-ide Islam yang tertuang dalam lembar-lembar bulletin Al Islam yang dia dapat tiap minggu dari sang guru. Caranyapun bukanlah dia menjelaskan isi Al Islam, namun dia meletakkan Al Islam di meja warungnya yang kecil dan mempersilahkan para pembeli yang datang dan menunggu masakan yang dia siapkan untuk membaca Al Islam tersebut. Dia hanya berkata, “Pak, Bu silahkan dibaca lembaran al Islam itu, supaya sampeyan (=anda) tidak dibujuki (=dibohongi) penguasa.” Itulah yang dia ucapkan berulang-ulang kepada pembelinya.

Hasilnya…Biidznillah…Subhanallah…ada perubahan pd orang-orang sekitar warung tersebut. Para tukang becak yang biasa makan di warung tersebut jadi ‘melek’ Islam, bahkan ada yang memberikan list name para penggerak pengajian yang biasa diantar tukang becak tersebut. Pak becak bilang,”Bu, ini ada ibu-ibu pengajian yang bisa sampeyan(=anda) ajak ngaji juga. Atau ibu-ibu pengajian ini juga biar paham tulisan Al Islam ini juga.” Itu dari para abang becak. Ada juga dari para pegawai pom bensin yang juga biasa makan di warung tersebut, meminta ibu warung mengajak istri-istri mereka untuk ngaji. Diskusi di warung pun berkisar tulisan di Al Islam. Subhanallah…jadi ingat ketika menjelang Pak Harto lengser, dimana-mana –termasuk di warung-warung –orang pada bicara REFORMASI.

Dari sini saya belajar. Inilah dakwah..takkan bisa dibendung. Sebuah kebenaran (baca : Islam) takkan bisa dibungkam. Dia akan mengalir ke dalam jiwa-jiwa manusia yang haus dengan kebenaran. Terlebih dalam kehidupan Kapitalis saat ini, yang telah merusak seluruh sendi-sendi kehidupan adalah mudah untuk menunjukkan solusi alternative yang saat ini benar-benar ditunggu oleh seluruh manusia, termasuk abang becak, pegawai pom bensin dan yang lainnya. Mereka butuh solusi terhadap seluruh persoalan yang datang dari Pencipta mereka –Allah SWT- yakni syariah Islam yang terbingkai dalam Sistem Khilafah.Tinggal kita, mau terlibat atau tidak dalam menggerakkan arus opini ini – kebutuhan terhadap syariah dan Khilafah. Jika seorang Ibu penjual nasi di warung pinggir jalan, juga abang becak yang mereka tidak mempunyai pendidikan tinggi saja bersemangat untuk menyambut dan meneriakkan kebenaran, tanpa analisa terlalu njlimet, tanpa perlu ditraining motivasi. Lalu bagaimana dengan kita ?Dakwah, layak diemban oleh siapa saja, asal ada kemauan untuk belajar dan mendengar, serta asal ada keikhlasan….

(Catatan, 14 Pebruari 2011)

*******

 PENGAKUAN
 By : Retno Sukmaningrum

“Bu, saya mau buat pengakuan”, sepenggal kalimat meluncur dari bibir akhwat pengajian, yang beberapa waktu lalu bergabung dalam barisan dakwah. “Pengakuan apa?”, tanya sang guru. “Bu,sejujurnya yang membuat saya terdorong untuk aktif dakwah dulu karena rasa penasaran. Saya penasaran apa yang membuat mendorong orang-orang, yang mereka sekarang menjadi guru-guru saya begitu ‘ngebet’ ngajak saya ngaji. Mereka juga tidak merasa rikuh untuk berupaya ketemu saya, yang (maaf) tingkat pendidikannya lebih tinggi, status sosial lebih mapan, gaji pun oke. Padahal mereka datang menemui saya dengan mengendarai sepeda pancal (=kayuh) karatan yang bunyinya sudah ‘kriet…kriet’ dan kadang membawa sepeda motor butut yang suaranya memekakkan telinga-mengalahkan suara bemo. Apa yang menggerakkkan mereka ? Apa yang membuat mereka begitu merasa percaya diri dan tebal muka dengan kondisi yang ada ? Mereka dibayar berapa? Dan masih banyak pertanyaan yang bergelayut di benak saya saat itu. Bersyukur pertanyaan-pertanyaan tadi saya lanjutkan dengan mencari tahu rahasianya.

Alhamdulillah, rasa penasaran itu mengantarkan saya ikut’nyemplung’ dalam dakwah.”Percakapan di atas adalah rekaman dialog saat bertemu dengan salah seorang aktivis dakwah. Pertanyaan yang ada pada benak aktivis tersebut mungkin mewakili pertanyaan yang ada pada kebanyakan orang saat mereka melihat para aktivis dakwah mau berkorban waktu, tenaga, pikiran dan apapun yang ada pada dirinya untuk mengemban amanah dakwah, meski mereka tidak dibayar seperpun (kalau minta bayaran, bukan berkorban namanya :D). Kondisi tersebut sebenarnya sama persis dengan kondisi Rasulullah SAW saat beliau melakukan dakwah di Mekkah. Banyak orang yang menganggap beliau aneh, nyleneh, bahkan dianggap tidak waras. Saat manusia menganggu-angguk – bahkan seringkali berebut –ketika ditawari harta, tahta dan wanita, Rasulullah SAW justru tak mengindahkan semua tawaran itu. Aneh?

Sebenarnya bukan hal yang aneh. Yang ada adalah manusia belum mampu ‘melihat’ apa yang ingin dikejar, apa yang ingin diraih oleh Rasulullah SAW maupun pengemban dakwah yang hidup di tengah masyarakat kapitalis,seperti saat ini. Ibarat kita melihat sebuah film ada anjing mengejar kelinci. Kita bisa memahami tingkah anjing yang lari tak karuan karena mengejar kelinci yang melompat ketakutan ke sana ke mari. Namun ketika mana, gambar kelinci ditutup, alias tak terlihat, maka kita pun merasa heran – kenapa si anjing kok larinya tidak karuan. Di benak kita bisa muncul pikiran bahwa itu adalah anjing gila. Jadi - sekali lagi- masyarakat menganggap dakwah dan aktivis dakwah suatu hal yang aneh karena mereka belum mampu melihat apa yang ingin diraih pengemban dakwah.

Pasti yang akan diraih sesuatu yang besar, buktinya ditawari harta, tahta dan wanita pun ogah. Memang benar, semua yang ditawarkan itu tidak sebanding dengan yang ditawarkan Allah SWT , makanya ditolak. Apa yang ditawarkan Allah SWT jauh lebih besar, maka pengemban dakwah sampai tamak tuk meraihnya

عَنْ أَبِي رَافِعٍ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :لأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ عَزَّ

وَجَلَّ عَلَى يَدَيْكَ رَجُلا خَيْرٌ لَكَ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ وَغَرَبَتْ.(اخرجه الطبراني, المعجم الكبير, ج 1 / ص 403)

Dari Abu Rafi’, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Sungguh kalau Alloh Azza wa Jalla memberikan petunjuk pada seorang laki-laki melalui engkau itu lebih baik bagimu dibanding hal-hal yang matahari terbit dan tenggelam di atasnya”.(Hadits dikeluarkan oleh Ath-thabarani, al-Mu’jam al-Kabir, juz I hal 403)

Dari hadits di atas jelas, bahwa Allah bukan hanya mengiming-imingi harta, tahta dan wanita, tapi apa yang diperoleh seorang pengemban dakwah adalah jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya, dimana matahar terbit dan tenggelam di atasnya.

Subhanallah…
Itu baru satu hal. Hal lain kebaikan dan keutamaan mengemban dakwah adalah karena dakwah adalah ibadah yang sangat dicintai oleh Allah SWT, serta dengan berdakwah Allah menjanjikan akan memberikan naungan saat mana tak ada naungan pada hari itu, yakni saat yaumul ba’ats.

Saya yakin, jika manusia mengetahui dan memahami ‘rahasia janji Allah’ ini, mereka pun akan berupaya untuk meraihnya. Tapi sayang, kadang untuk mau tahu dan mau paham saja susah. Bukan kurang pintar atau kurang cerdas, tapi lebih karena tebalnya ego dan kesombongan yang akhirnya menabiri untuk melihat kebenaran.

Bersyukurlah orang-orang yang masih terdorong untuk mencari kebenaran,yang mau menurunkan ego untuk mendengar, sekalipun yang datangmembawa kebenaran adalah orang yang memakai sandal butut dan bersepeda karatan yang berbunyi ‘kriet..kriet..’, tak bertitel dan mempunyai jabatan.

Surabaya, 17 Mei 2011

*****

Mendulang Suara Bising
Oleh: Frida Nurulia

Suatu hari beberapa bulan yang lalu, mungkin April atau Mei yaitu ketika sedang ramainya perdebatan masalah Raperda Miras di kota Bandung, saya duduk di bis Damri menuju Bandung dari Jatinangor. Sebenernya itu kejadian biasa-biasa aja seandainya tidak ada pengamen dengan tampang preman yang masuk membuat saya berfikir tentang banyak hal.

Pengamen tersebut dengan bahasa sunda menceritakan tentang kesedihan dan kekecewaannya ketika Raperda tentang miras dibahas dan disetujui oleh semua partai, termasuk partai Islam. Lalu dia menyebutkan bahwa Hizbut Tahrirlah satu-satunya yang tegas menolak karena itu bertentangan dengan Islam. Dia mengajak kepada seluruh penghuni damri untuk mendukung Hizb dan mendoakan semoga Raperda tersebut tidak jadi disahkan. Opini pengamen tersebut ditutup dengan pengingat bahwa Bandung adalah kota bermartabat dan seharusnya seluruh warga Bandung menolak Raperda ini. Terus, setelah cuap-cuap panjang lebar sang pengamen pun menyanyikan lagu setema, cuma saya lupa judulnya apa.

Dia, jelas bukan aktivis Hizb, tapi kenapa dia mau menjadi ‘jubir’ Hizb di damri pada saat itu? Dibayarkah atau atas dasar kesadarankah? Saya percaya yang kedua. Kenapa bisa ada orang-orang yang seperti itu tentu tidak terlepas dari opini yang dilakukan oleh Hizb itu sendiri. Mungin pak pengamen shalat Jumat di mesjid yang khotibnya dari Hizb, atau ada yg ngobrol sama dia atau denger di radio, atau nonton pas Hizb lagi rally di jalan atau.. banyak banget kemungkinan dari mana dia teropinikan. Wallahu’alam dia dapat dari mana.

Aktifitas Hizb dalam masa tafa’ul ini memang seharusnya melahirkan ummat yang menjadi jubir-jubir Hizb. Mereka memberikan suaranya untuk Hizb. Tapi tidak seperti memberikan suara partai lain yang dilakukan lima tahun sekali, namun mereka memberikan suaranya setiap hari. Suara mereka bukan berbentuk pencontrengan yang bisu, tapi suara mereka adalah udara yang keluar dari tenggorokan yang membentuk bunyi-bunyi opini Islam. Mungkin disitulah uniknya Hizb dari partai-partai lainnya. Hal yang serius ditekuninya adalah membentuk kesadaran dan opini umum. Kesadaran yang melahirkan suara-suara bising dan berani untuk menuntut penerapan syariah dan khilafah. Sementara partai lain fokus untuk mendulang suara-suara bisu berupa contrengan, itu pun hanya ketika pemilu atau pemulikada.

Hanya saja, sedikitnya pengamen seperti yang saya temui beberapa bulan yang lalu itu menunjukkan bahwa PR aktivis Hizb dalam fase tafa’ul ini masih sangat banyak. Kita masih jauh dari disebut berhasil membentuk kesadaran dan opini umum.

Jadi, ayo bangkit kawan. Jangan betah didalam selimut dan memperpanjang tidur. Masih banyak yang harus kita kerjakan. Jadilah jubir Islam setiap harinya. Mari kita dulang suara bising sebanyak-banyaknya!Insya Allah pertolongan Allah itu dekat.

Jatinangor, 14 Desember 2010

*****

Sigrid dari Jehovah Witness
Oleh: Nurisma Fira

Waktu itu Senin sore dan saya sedang berusaha membereskan semua barang2 yg tersisa sebelum kami pindah rumah. Ayah, dan krucils ke warung untuk membeli makanan karena dapur sudah ditutup. Perkakas dan bumbu sudah dikardus. Mendadak pintu diketuk.
"Yes, wait please..." kata saya sambil terburu-buru memakai jilbab dan kerudung.

Ternyata tamunya Sigrid. Kejutan, pikir saya. Terakhir kali Sigrid datang adalah sebelum Dinara lahir. Setelah ber-hai how are you good thank you, saya terpaksa meminta maaf karena tidak bisa mempersilakan Sigrid duduk. Rumah sudah sangat berantakan. Sigrid yg datang bersama temannya yang berkulit hitam memaklumi.

"We know you're moving," katanya sembari menunjuk papan bertuliskan TO LET yg dipasang agen perumahan di depan rumah.
Sigrid sudah tua. Sudah nenek-nenek. Umurnya barangkali sudah 60 tahun lebih.

Saat pertama kali datang, ia menolak dipersilakan masuk dan duduk. Hanya bertanya, "Excuse me, are you expecting?"
Itu lebih dari 3 tahun yang lalu.

Sejak saat itu Sigrid selalu datang. Berkhotbah dan membawakan berita gembira dari kitab Injil. Juga membawakan buku-buku yg diterbitkan Jehovah Witness. Sekali waktu saya bilang, "I already chose a religion and I'm a muslim. I'm not interested in Jehovah Witness. Isn't it better if you give these books to someone else who really needs them?" Sigrid lantas menerangkan bahwa tujuannya hanya menyampaikan. Sehingga ia tidak membatasi aktivitasnya hanya kepada kalangan tertentu.

Berikutnya ketika berkesempatan ketemu Si Ayah, diskusi makin berkembang. Sesuai peraturan di dalam ajarannya yg hanya membolehkan aktivitas 'dakwah tatap muka' hanya kepada sesama jenis, Sigrid mengenalkan Hugh kepada kami.
Hugh juga sudah sangat tua. Sepuh, orang Jawa bilang. Karena dia dulu juga dosen di Trent University, Ayah bisa mengobrol lebih gayeng. Si Ayah dan Hugh, sebagaimana saya dan Sigrid, bertemu seminggu sekali.

Setelah Damar lahir, melihat kesibukan saya, Sigrid jadi jarang datang. Sementara Si Ayah dan Hugh tetap rutin bertemu.

Mula-mula Ayah hanya duduk manis dan mendengarkan. Di pertemuan2 berikutnya Ayah mulai nanya macam2. Salah satu yang diperdebatkan Ayah dan Hugh adalah tidak adanya konsep takdir dalam agama JW. Tuhan hanya memberikan yang baik dan indah saja, Bila ada hal buruk menimpa maka itu mutlak bukan dari tuhan. Sampai suatu ketika suami menantang Hugh agar juga diberi kesempatan utk menjelaskan Islam.

Sayangnya di tengah-tengah diskusi, Hugh digantikan orang lain. Karena ia harus merawat istrinya yang sakit-sakitan. Penggantinya seorang pemuda berkulit hitam yang hanya datang 2-3 kali. Setelah itu ketiganya tak pernah datang ke rumah. Saat Dinara lahir, Sigrid hanya mengirimkan kartu.

"I'm sorry I didn't come earlier," kata Sigrid. "As I think you're busy with your new baby I decided to come after you're a little bit free."
"Yes, we're a bit free now... that's why we're moving..." kata saya sambil cengengesan. Setelah ngobrol macam2, termasuk memberitakan bahwa istri Hugh meninggal beberapa hari sebelumnya, dan Hugh sedang mngurus kremasinya ("He's very devastated as his wife is his center of life..." kata Sigrid) maka masuklah Sigrid ke maksud dan tujuan kedatangannya hari itu.

Yakni untuk memberikan buku-buku Jehovah Witness dalam bahasa Indonesia pada saya. Yang menurutnya dia sudah menjanjikan itu sejak lama. Yang saya sendiri sudah nggak ingat kami pernah membicarakan itu.

Faktanya adalah, saya beralasan tidak bisa berbahasa Inggris demi menghindari khotbah dan ceramahnya Sigrid. Jadi tiap Sigrid minta saya baca leaflet, buku, majalah, juga Bibel yg diberikannya (semua gratis!), saya selalu ngeles bilang nggak ngerti bahasa Inggris. Soalnya saya nggak sampai hati mengajak si nenek diskusi apalagi sampai debat seperti Si Ayah lakukan.

Maka sore yg cerah itu saya belajar sebuah ketlusan dan kerja tanpa pamrih dari nenek tua bernama Sigrid. Dia yang bukan muslim, ajarannya jelas2 salah dan nggak masuk akal, pasti sering ditolak saat mengetuk dari pintu ke pintu (Ebiet G Ade, kaliii), dicela dan dihina. Bahkan mungkin ia dan JW dianggap agak kurang waras.

Yang begitu saja, punya semangat yang tak lekang oleh matahari musim panas dan tak lapuk oleh salju musim dingin utk menyampaikan apa yang diyakini sebagai kebenaran.

Bagaimana dengan kita yang muslim? Bagaimana lagi dgn para pengemban dakwah?

Pak Fahmi Amhar, di dalam sebuah komentarnya menulis, "Dulu ada surat dari Amir Hizb: 'Andaikan kalian mendatangi ahli Nushroh, terus ahlu Nushrohnya masih bertanya, "Man anta?" - nah ini berarti, sebenarnya kalian belum dikenal oleh si ahli nushroh. Aktivitas anda belum dikenal, reputasi anda belum dikenal, bagaimana ini akan dikasih dukungan?'

"Karena itu kawan, kontak-kontak-kontak! Jangan hanya berkumpul dengan sesama syabab! Kalau gaulnya hanya sesama syabab, seakan-akan Indonesia sudah full syariah, dan seakan-akan Khilafah bisa ditegakkan besok pagi. Pakai bumbu "ini janji Allah" lagi!. Allah itu menjanjikannya pada orang-orang dengan kualitas seperti apa? Apa yang seperti kita sekarang? Ayo bangun! Bekerjalah, dan Allah, malaikatnya dan orang-orang mukmin akan menyaksikan."

Mari kita sampaikan Islam, syariah, khilafah. Kepada siapa saja. Jangan kalah semangat dengan para aki dan nini seperti Hugh dan Sigrid. Allah, malaikatnya dan orang-orang mukmin akan menyaksikan. Dan pinjem kalimat Pak Fahmi, "Biar tahu realitas lapangan. Biar lebih siap. (Dan) Biar Allah menganggap kita pantas untuk dilimpahi nushroh."

Insya Allah...

Nottingham, 1 Juli 2011

********************